Energi Terbarukan, Tantangan dan Peluang Masa Depan

0
2272

Mantan Direktur PT Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI), Ir. Sugeng Riyadi, M.M., dalam Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 di IST AKPRIND Yogyakarta, Sabtu (16/9) mengatakan bahwa minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia masih menjadi bahan sumber enrgi utama di Indonesia.  Menurutnya industri migas secara umum melakukan lima tahapan kegiatan, yaitu eksplorasi, produksi, pengolahan, transportasi, dan pemasaran. Lima kegiatan pokok tersebut dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu kegiatan hulu (upstream) dan kegiatan hilir (downstream). Menurut Kegiatan usaha hulu migas merupakan kegiatan eksplorasi (studi: geologi dan geofisika, survei seismik, dan pengeboran eksplorasi. Kegiatan ini bertujuan mencari cadangan baru dan Kegiatan produksi adalah mengangkat migas ke permukaan bumi, sedangkan kegiatan usaha hilir adalah pengolahan, transportasi, dan pemasaran.

Sugeng Riyadi yang hadir sebagai invited speaker SNAST 2018 tersebut menambahkan tantangan utama dalam sub sektor migas ada pada kebijakan, usaha inti serta kaidah keteknikan dan lingkungan. Tantangan dalam hal kebijakan antara lain adalah   keseimbangan antara peningkatan devisa dengan pemenuhan migas domestik. Selain itu juga kepentingan nasional serta investor ditambah bagaimana caranya meningkatkan pasokan bahan baku. Sementara pada usaha inti migas, seringnya tumpang tindih lahan dan lamanya waktu dari tahapan eksplorasi hingga produksi menjadi tantanga utama, ditambah lagi terbatasnya kapasitas pengolahan dan pendistribusian yang terbatas. Menurut Sugeng Riyadi, sumber energi terbarukan yang terdapat pada sejumlah wilayah belum dimanfaatkan secara maksimal. Sumber energi yang potensial digunakan untuk pembangkit linstrik antara lain adalah tenaga air (hydro power), Geithermal, mini hydropower, biomassa, matahari, angin serta gelombang laut.  Namun secara teoritis potensi energi angin di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara lain di dunia. Kecepatan angin terbaik yang dimiliki Indonesia hanya di wilayah Sulawesi Selatan, Sumba dan Timor barat yang memiliki kecepatan 6m/detik, sementara daerah laih justru lebih rendah lagi sehingga menghambat penggunaan turbin besar dengan kapasitas diatas 1 Megawatt. Pemerintah Indonesia menargetkan peningkatan secara signifikan pada tahun 2025. Targetnya listrik terpasang pada tahun tersebut sebesar 15% dari total kebutuhan atau sekitar 12,5 Giga Watt.

Seminar Sains dan Teknologi (SNAST) tahun 2018 ini merupakan penyelenggaraan yang ke 7. Tahun ini SNAST mengambil tema “Aplikasi Sains dan Teknologi yang Berwawasan Lingkungan untuk Peningkatan Daya Saing Bangsa” dan diikuti oleh 142 pemakalah yang akan dibagi dalam 14 kelas pararel sesuai dengan topik untuk mempresentasikan hasil-hasil penelitiannya. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat menjadi media diseminasi informasi hasil penelitian antar peneliti, perekayasa, praktisi industri, ilmuwan, para akademisi maupun pengambil kebijakan dan diharapkan dapat memperluas social networking serta dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan teknologi dan pemanfaatannya bagi kesejahteraan bangsa dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.  (tdj)