Kelurahan Warungboto – Pada Sabtu, 27 Juli 2024, Tim PPK Ormawa Humanika dari Universitas AKPRIND Indonesia menyelenggarakan acara yang bertajuk “Membangun Budaya Pemilahan Sampah Sebagai Langkah Menuju Lingkungan yang Bersih”. Acara tersebut berfokus pada sosialisasi pengelolaan dan pemilahan sampah, yang berlangsung di Pendopo RW 05, Jl Perwira, Kelurahan Warungboto, Kecamatan Umbulharjo.
Acara tersebut dihadiri oleh berbagai tokoh masyarakat, termasuk Lurah Warungboto, Ketua RW 1 sampai 5, Ketua LPMK Kelurahan Warungboto, fasilitator Kelurahan Warungboto, Forum Bank Sampah Kelurahan Warungboto, serta pemateri utama, Dr. Muchlis, S.P., M.Sc., selaku dosen dari Prodi Teknik Lingkungan Universitas AKPRIND Indonesia.
Dalam presentasinya, Muchlis mengungkapkan fakta mengejutkan bahwa produksi sampah di Kota Yogyakarta mencapai sekitar 200 ton per hari, dan belum semuanya bisa diolah dengan optimal. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh masih banyaknya masyarakat yang menggunakan konsep lama dalam pengelolaan sampah, yaitu hanya membuang sampah, mengangkutnya ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS), lalu langsung ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Sebagai solusi, Muchlis memaparkan konsep baru yang lebih efektif, di mana sampah seharusnya dipilah terlebih dahulu, kemudian diolah, baru kemudian dibuang dan diangkut ke TPS dan TPA. Konsep tersebut tidak hanya mengurangi jumlah sampah yang berakhir di TPA, tetapi juga memungkinkan sampah yang bisa didaur ulang atau diolah kembali dimanfaatkan secara maksimal.
Lebih lanjut, Muchlis menjelaskan jenis-jenis sampah berdasarkan asalnya, yang mencakup sampah rumah tangga, sampah industri, sampah pertanian, sampah medis, dan sampah elektronik atau e-waste. Beliau juga membahas tantangan khusus yang dihadapi dalam pengelolaan sampah elektronik, yang seringkali mengandung bahan berbahaya dan memerlukan penanganan khusus.
Sebagai contoh praktik terbaik dalam pengelolaan sampah, Muchlis menyoroti pengalaman Jepang. Hingga tahun 1960-an, masyarakat Jepang belum menyadari pentingnya pengelolaan sampah yang baik, yang menyebabkan berbagai masalah lingkungan seperti Tragedi Minamata akibat limbah merkuri. Namun, pada tahun 1970-an, pemerintah Jepang mulai mengedukasi masyarakat secara masif mengenai pentingnya kebersihan dan hidup bersih.
Baca juga: Training of Trainer Calon Pengajar Kolah Banyu oleh Tim PPK Ormawa BEM Akprind University
Baca juga: Audiensi Akprind University dan FKIJK DIY: Dorong Literasi Keuangan dan Eduwisata
Edukasi tersebut berhasil meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan, dan Jepang kini dikenal sebagai salah satu negara dengan sistem pengelolaan sampah terbaik di dunia. Muchlis menyatakan bahwa Indonesia juga bisa belajar dari pengalaman Jepang, di mana konsistensi dalam edukasi dan pelibatan semua lapisan masyarakat adalah kunci keberhasilan.
Dengan dukungan penuh dari seluruh pihak yang hadir, termasuk peran aktif dari masyarakat acara “Membangun Budaya Pemilahan Sampah Sebagai Langkah Menuju Lingkungan yang Bersih” berlangsung lancar. Diharapkan dengan adanya sosialisasi ini, masyarakat khususnya warga Kelurahan Warungboto dapat secara mandiri memilah sampah organik maupun non-organik sebelum diangkut ke TPS dan TPA, sehingga dapat tercipta lingkungan yang bersih. (Inf)