Industri 4.0 Lahirkan “Disruption” yang Pengaruhi Sendi Kehidupan

0
616

Perkembangan teknologi yang memicu Revolusi Industri (RI) saat ini telah sampai pada level 4 (Industri 4.0). Sebagai level akhir dari perkembangan RI-1.0 (mechanization, stem and water system, abad 18), RI-2.0( mass production, electricity, abad 19), RI-3.0 (electronic and IT system, abad 20) dan RI-4.0 (cyber physical system, IOT, BioTechnology, abad 21), industri 4.0 telah melahirkan disruption, yang bercirikan ketidakpastian (uncertain, unpredictable) dan perubahan (constant change). Hal tersebut diungkapkan oleh rektor IST AKPRIND Yogyakarta, Dr. Ir. Amir Hamzah, M.T dalam sambutannya dihadapan tamu undangan dan wisudawan periode III TA 2017-2018 yang diselenggarakan di Jogja Expo Center, Sabtu (26/5)

Menurut Rektor, disrupsi, yang menurut KBBI diartikan sebagai ”tercerabut dari akarnya”, bermakna perubahan  yang mendasar, dimana kehidupan dikendalikan oleh komputer dan Internet. Cyber Phisycal system bermakna mekanisme yang terkendali dan dipantau oleh algoritma berbasis komputer, terintegrasi dengan internet dan penggunanya.  Perubahan yang membuat pergeseran dari physical ke virtual,  dari human ke automation dan robotics. Perubahan itu melahirkan ketakutan, harapan dan dilema: robot menggantikan manusia untuk produksi massal, pelayan restoran, pelayan hotel, bahkan  pelayan sex. Virtual terrorism bisa muncul dari robot cerdas yang dapat berjalan, berenang, terbang, atau mengadakan serangan mematikan atau mencuri data rahasia, bisa menimbukan benturan antara hukum Moore (Gordon E.Moore : ”kecepatan microprosesor tumbuh eksponensial”) dan hukum Murphy (Edward A. Murphy: ”sesuatu yang berpotensi salah, akan salah), seperti serangan-serangan drone mematikan Amerika yang salah sasaran di Pakistan sehingga ribuan warga sipil tewas. Dilema muncul, berbagai lapangan kerja hilang (tukang pos, penterjemah), tetapi lapangan kerja baru yang menantang kreatifitas muncul (Grab dan  Gojeg, aset 2018 mengalahkan aset Garuda) .  Merek-merek yang kalah hilang (Kodak, Nokia, BlackBerry), merek-merek kreativ muncul (Uber,  Alibaba.com,  airBnB).

Industri 4.0 telah mempengaruhi hampir seluruh sisi kehidupan, bukan hanya pendidikan, dan bisnis serta industri, tetapi juga hukum, politik moral dan kemanusiaan.  Bayangkan apa yang akan terjadi pada masa depan kemanusiaan jika manusia modern Jepang, Jerman dan Amerika lebih memilih bercinta dengan robot daripada menikah (https://today.YouGov.com,2017).  Tantangan kemanusiaan Robot  humanoid Sophia ciptaan Dr. David Hanson, diberikan kewarganegaraan oleh Arab Saudi pada Oktober 2017, yang dalam salah satu wawancara dengan robot tersebut mengatakan ”ingin menghancurkan umat manusia”.  Tantangan bidang  pendidikan telah melahirkan jawaban  education 4.0 (self deterimined learning)  dan university 5.0 (higher ed  in an online word)  yang menggunakan pendekatan baru dalam pembelajaran yang lebih menekankan keaktifan mahasiswa dalam belajar.  Itulah tantangan-tantangan yang saat ini akan kita hadapi bersama di dunia pendidikan. Sungguh tepat kata sahabat Ali Bin Abi Tholib: “Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu “.

Rektor turut berharap, para wisudawan yang akan segera terjun ke masyarakat, harus mampu menghadapi realitas negeri kita yang sedang penuh dengan dinamika masalah. Berbagai problem tengah menimpa negeri kita, baik masalah hukum, ekonomi, politik bahkan moral. Meningkatnya masalah pengangguran, kemiskinan, kejahatan sampai pada terorisme yang memerlukan kearifan untuk mensolusinya. Maka sebagai  intelektual para wisudawan diharapkan ikut mencari solusi, atau setidaknya tidak menambah masalah bagi negeri kita. Rektor juga berpesan agar para wisudawan lebih membekali dengan keimanan dan ketaqwaan, sebab untuk membangun kesabaran dan kegigihan dalam mencapai cita-cita. Dengan kerja keras pantang menyerah dan senantiasa berusaha dan berdoa kepada Tuhan, Allah, SWT. (tdj/ist)